Tuesday, February 21, 2012

Tradisi Membersihkan Diri di Asakusa

Setelah turun dari keretea bawah tanah, dan naik ke pintu keluar, langsung melihat seorang pria yang gagah berpakain hitam sedang menarik kendaraan dan dibelakangnya ada dua penumpang ( lihat foto dibawah yang saya sertakan). Pemandangan ini adalah di Asakusa, Tokyo Jepang.  Turis yang datang ke Tokyo,  hampir semua pernah mengunjungi Asakusa.  Mungkin dulu pernah ada yang menuliskan tentang Asakusa, akan tetapi suasana banyaknya “becak” jepang yang ditarik oleh pemuda itu belumlah lama.

Satu hal “baru” lagi selain “becak jepang” tadi, adalah di dekat Asakusa sudah berdiri menjulang tinggi bangunan baru yang nanti menjadi simbol kota Tokyo yaitu “Sky Tree”.  Sky Tree adalah tower baru yang sedang dibangun di Tokyo, dengan ketinggian 634m ( melebihi Tokyo Tower yang tingginya 333m).  Sky Tree ini tampak jelas dari Asakusa, dan menjadikan suatu suasana baru.  Dari segala penjuru di Asakusa,  Sky Tree tampak jelas, karena di sekitar Asakusa tidak ada bangunan tinggi yang lain. Kuil tempat berdoa di Jepang ada dua macam yang disebut Temple dan Shrine.  Dalam istilah jepang Temple disebut dengan nama “JI”, sedangkan Shrine disebut dengan istilah “Jinja” atau “Jinggu”.  Oleh karena itu di jepang juga terkenal dengan “KinkakuJI”, temple emas di Kyoto. Terkenal juga di Tokyo dekat kota Harajuku ada “Meiji Jinggu”.

Asakusa dan SkyTree : Lambang kota Tokyo 

Asakusa dan SkyTree : Lambang kota Tokyo
Temple adalah tempat berdoa untuk  penganut Buda .  Sedangkan Shrine adalah tempat berdoa untuk penganut “Shinto“.   Sebelum memasuki tempat berdoa itu,  kalau di Temple selalu ada tempat pembakaran dupa.  Dupa dibakar dan ditiup bukan dengan nafas dari mulut, tetapi dengan tangan yang digerakan di dekat pembakaran itu.  Biarkanlah asap dari dupa itu mengenai wajah atau bagian tubuh,  asap itu dipercaya mempunyai kekuatan penyembuhan ( power healing).  Jadi ada rasa dan niat membersihkan dari kotoran ( penyakit dianggap kotoran).

Sebelum masuk ke Shrine, orang harus membersihkan diri.  Paham inilah yang bisa kita lihat bahwa sebelum masuk Shrine selalu ada tempat untuk mencuci tangan, dan mencuci mulut.  Ada tempat air yang selalu mengalir dan disediakan gayung.  Ambil gayung dengan tangan kanan, bersihkan tangan kiri kemudian gantian tangan kanan.  Kemudian cuci mulut dengan air ( kumur ) dan jangan diminum.  Siramkan sisa air disekitar kaki kita berdiri.  Itulah ritual yang boleh dilakukan siapa saja.  Intinya  adalah membersihkan diri sebelum berdoa. Jadi ada kemiripan dalam Temple dan Shrine.

Tetapi waktu ke Asakusa yang baru lalu saya melihat dua2nya, artinya ada tempat bakar dupa dan ada juga tempat air untuk cuci tangan dan mulut. Ternyata menurut sejarah, tahun 1649, di dekat nya dibangun Shrine untuk menghormati 3 orang pendiri dari “Sensoji” ( Asakusa Temple), yang menurut cerita dibangun tahun 628, sehingga Asakusa Temple ini merupakan Temple tertua di Tokyo.  Jadi memang di Asakua itu ada Temple dan Shrine saling berdekatan.

Di sepanjang jalan menuju mainhall di Temple Sensoji itu, di kanan dan kiri jalan banyak toko2 kecil yang menjual makanan khas jepang dan souvenir.  Tempat ini disebut Nakamise ( naka berarti dalam, mise berarti toko ).  Demikianlah cerita sedikit tentang Asakusa,  bagi yang pernah berkunjung dan yang belum semoga tulisan ini bisa memberi gambaran.  Dengan tema “membersihkan diri”,  maka tema ini masih relevan dengan apa yang barusan dilakukan oleh penganut agama islam yaitu dengan sebulan berpuasa yang didalamnya juga terkandung unsur membersihkan diri.

Salam, beberapa foto saya sertakan untuk memberikan gambaran tentang suasana di sekitar Asakusa.

Tempat bakar dupa  

Tempat bakar dupa sebelum masuk Temple

Tempat cuci tangan dan mulut 

Tempat cuci tangan dan mulut 

Tempat bakar dupa dan cuci tangan yang berdekatan 

Tempat bakar dupa dan cuci tangan yang berdekatan

Pintu Gerbang 

Pintu Gerbang yang disebut KaminariMon

becak orang 

Di dekat pintu Asakusa banyak becak

Seorang pemuda sedang menarik 

Seorang pemuda sedang menarik becak

Nakamise

Suasana pertokoan

Kamakura

Kamakura

Kamakura(鎌倉市), sebuah kota yang terletak 50 km barat laut dari Tokyo. Kota yang terletak di prefektur Kanagawa ini merupakan tempat yang populer untuk wisatwan asing & juga warga lokal karena di kota ini terdapat beberapa tempat wisata, terutama candi Budha dan kuil Shinto yang beberapa diantaranya dibangun 1200 tahun yang lalu. Sekarang saya akan mengajak kalian melihat beberapa diantaranya.


Kuil Hasedera
Pertama-tama kita akan melihat Kuil Hasedera. Asal-usul kuil ini menurut legenda dibuat pada tahun 721 setelah masehi oleh seorang biarawan yang saleh, bernama Tokudo Shonin. Biarawan ini menemukan sebuah pohon kapur barus besar di hutan pegunungan dekat desa Hase di daerah Nara. Dia menyadari bahwa ukuran batang pohon itu sangat besar, sehingga tersedia cukup bahan untuk membuat dua ukiran patung Kannon berkepala 11. Bagian bawah patung ini diabadikan di Kuil Hasedera, sedangkan bagian atas patung ini dibuang ke laut dengan doa supaya patung ini muncul kembali sebagai penyelamat manusia. 15 tahun kemudian patung ini terdampar di Pantai Nagai di Semenanjung Miura, tidak jauh dari Kamakura. Patung ini kemudian dibawa kembali ke Kamakura dan dibangun ulang oleh kuil tersebut.

Gerbang Kuil Hasedera

Lokasi ini cocok untuk para wisatawan yang ingin menghindari keributan dan kepadatan kota Tokyo.

Patung pelindung anak-anak
Patung-patung Budha seperti ini akan banyak ditemukan disini







Patung penjaga bayi yang tak terurus, diaborsi, tidak diinginkan, atau yang mati muda.


Patung ini diletakan di kuil untuk warga masyarakat di sana yang ingin meratapi anaknya yang meninggal ketika masih bayi atau anaknya yang tidak terurus atau janin yang diaborsi.



Gambar di  atas merupakan gambar Rinzo. Rinzo ialah rak buku yang dapat berputar.
Patung Taishakuten
Dua patung di atas merupakan 2 patung dari 4 patung Shitteno. Shitteno ditugaskan untuk menjaga 4 arah mata angin dari setan. Makhluk yang diinjak oleh patung itu merupakan lambang dari setan (Gaki). Keempat patung ini diperintah oleh Taishakuten. (Patung yang duduk ditengah)
Ini adalah Aula Kannon, rumah bagi patung Hase Kannon

Pemandangan kota dekat pantai dari Hasedera

Kuil Hasedera ini dikelilingi oleh hutan bambu
Pantai yang terletak di Kamakura




Ember, sikat dan kain yang digunakan untuk membersihkan kuburan batu, dan patung yang terdapat di kuil
Taman Hasedera
Kolam ikan koi
Pengunjung kuil menggantungkan doa-doa harapan mereka di papan ini
Di belakang kuil, terdapat lorong-lorong yang mengarah kepada gua-gua yang bersisi patung-patung dewa.
Ambilah sebuah lilin kemdian taruh di depan salah satu patung dewa yang merepresentasikan kebaikan yang berbeda-beda, seperti kesehatan, kekayaan, keberuntungan, dan lain-lain.

Patung ini bernama Benten. Benten merupakan satu-satunya dewa perempuan dari 7 dewa-dewa keberuntungan yang ada di gua ini. Benten biasa juga disebut Peri sungai didalam mitologi Indian. Ia merepresentasikan semua hal yang mengalir (air, musik, bahasa, seni, dll). Oleh karena itu, patungnya sedang memegang kecapi.
Salah satu dari 16 saudara perempuan Benten
Snitch dan Hello Kitty yang menjadi Buddha

Kamakura Daibutsu atau patung besar Budha Kamakura, terletak di di kuil Kotoku-in. Patung yang dibagun menghadap arah barat ini dibangun pada tahun 1252. Pemahatnya ialah One-Goroemon dan Tanji-Hisatomo.

Patung ini memiliki tinggi 13,35 meter dengan berat 93 ton. Untuk melihat patung ini, pengunjung dikenakan biaya sebesar 20 Yen per orang.
Patung ini duduk di atas bunga teratai dan tangannya dalam posisi sedang meditasi. Pada tahun 1952, seorang yang bernama Shogun Minamoto Yoritomo membuat sebuah simbol Budha sebagai lambang kekuasaan Yoritomo dan lambang kepercayaannya, dan juga untuk menyaingi patung Budha raksasa di daerah Nara.
Sepeninggal kematian Yoritomo, seorang hakim Yoritomo yaitu Idana no Tsubone mengirimkan ide pembuatan patung ini kepada istri Yoritomo, Hojo Masako. Masako pun menyetujui rencana ini. Kemudian Idana no Tsubone menghabiskan sisa hidupnya untuk mengumpulkan dana pembuatan patung ini. Singkat cerita, pencarian dana ini diteruskan oleh seorang pendeta bernama Joko, yang berkeliling Jepang untuk mencari dana. Akhirnya pada ahun 1238, dana sudah cukup dan pekerjaanpun dimulai.
Patung Budha yang perama kali dibuat terbuat dari kayu, dan diberi rumah dari kayu untuk melindungi patung ini. Patung kayu ini rusak akibat badai, maka Idana no Tsubone dan Joko memutuskan untuk membangun ulang dengan menggunakan perunggu. Patung perunggu ini mulai dibuat dari tahun 1252, dan memakan waktu 12 tahun. Setelah selesai, patung tersebut disimpan di aula dari kayu untuk melindunginya. 
Sayangnya kembali hancur oleh badai pada tahun 1335. Patung yang hancur ini dibangun ulang tetapi aula kayu ini runtuh akibat angin ribut pada tahun 1368. Aula yang runtuh ini dibangun ulang, sayangnya kali benar-benar hancur karena terjangan tsunami pada tahun 1498, akan tetapi patung Budha ini masih berdiri kokoh diantara reruntuhan. Semenjak itu, patung Budha Kamakura ini dibiarkan berdiri di ruang terbuka.

Badai besar yang menimpa pada tahun 1335 yang menghancurkan aula Budha itu, juga menyebabkan kematian 500 samurai yang ketika badai terjadi sedang berlindung di dalam aula tersebut. 200 tahun kemudian setelah ditimpa tsunami, patung Budha Kamakura ini rubuh. Pada saat itu, rerubuhan patung dijadikan tempat persembunyian para pejudian-pejudian Jepang.
Seorang pendeta dari kuil Zojoji yang bernama Yuten, berencana untuk memperbaiki patung Kamakura ini, kemudian ia mulai mengumpulkan donasi tahun 1712. Tanpa usaha yang dilakukan Yuten, patung ini tidak akan pernah selamat. Oleh karena itu untuk mengenang jasa Yuten dan kontributor lainnya, empat daun bunga teratai dari perunggu dibangun di belakang paung Budha dengan nama mereka terukir disana.
Peta lokasi sekitar Kamakura


 
Ping Blog